Monday, January 19, 2009

Can Abbas survive after Gaza war?




Mahmoud Abbas's image has been damaged by the Israeli offensive on Gaza [AFP]

Mouin Rabbani, a contributing editor to the Middle East Report magazine, talks to Al Jazeera about what Israel's war on Gaza means for Mahmoud Abbas, the Palestinian president, and his Fatah faction, and what its wider repercussions may be.

Q: If the Israeli bombardment stops, what will be the most prominent political battle for the Palestinians?

The most difficult battle that is going to be waged within the Palestinian political system once this war subsides is going to be Mahmoud Abbas's fight for political survival.

He has been under tremendous pressure and growing widespread criticism all along for the absolute failure of each and every one of his strategies since he assumed the presidency in November 2004.

Does it matter if he is president or somebody else in the same mould as him?

Many Palestinians increasingly say it does matter if he continues as president and that it is increasingly important to replace him with a leader who can, more authentically, represent his people.

It is interesting that in the last 10 years Fatah, the movement which (despite the ascendency of Hamas) is the spinal chord of the Palestinian national movement, has become increasingly bitter and divided.

[Fatah's factions] have united only once in the past 10 years - that was in November 2004 to appoint Mahmoud Abbas as a successor to the late Yasser Afarat.

Since then, they have been at war with each other. The movement is disintegrating.

We now begin to see a situation where these various, competing power centres find it necessary to unite once again.

Will the incoming US administration attempt to identify a person for that role?

No, because that is what they did last time. The appointment of the Palestinian leadership needs to be a Palestinian national decision. Full stop.

My view is that we are seeing an increasingly wide gap between Abbas and his leadership circle on the one hand, and the rank and file of the Fatah movement on the other.

We may see a situation emerging in which Fatah's rival power centres are able to unite once again, this time to jettison Abbas overboard before he takes them down with him in the sinking ship which is his presidency.

If Israel decides to stop its war, will it have done so to prevent Hamas from having the satisfaction of hammering out an international agreement?

That is not exactly what the Israel decision will be.

I have argued all along since this war began that if a key objective of Israel is to delegitimise Hamas, it does not make sense, from an Israeli perspective, to be part of a ceasefire agreement in which Hamas is also a party.

It would be more logical, again looking at this from an Israeli perspective, to make a unilateral statement: We stop the bombing as of today or Monday or whatever; Here are the new rules; if so much as a coke can is thrown over the Israel-Gaza border, we send in an F-16 - there is no ceasefire that restrains us, so if we get intelligence that a particular Hamas leader is in a particular house, since there is no ceasefire, we send in the missiles.

You have, more or less, a situation of open-ended conflict, but the main offensive will have ended. You will have a situation very much like what we have had since 2002 – the big Israeli invasion in the West Bank at the time.

Is Israel making its decision now so it will give more weight to the Saudi-Egypt talks rather than legitimise what happened here in Qatar when Hamas was given centre stage?

It is quite likely that that is part of their calculations.

That Israel may well announce a unilateral cessation of the offensive, as opposed to a unilateral cessation of hostilities, prior to Kuwait's meeting.

That will also, they hope, take the wind out of the sails of the Kuwait meeting which would then be able to argue that the mere threat of convening a "real Arab summit" stopped Israel dead in its tacks and, therefore, there is no real need to take serious decisions at that meeting.

So, in other words, Israel will be providing some ammunition to the so-called axis of moderation and pragmatism.

We are told the "memorandum of understanding" - the deal between the US and Israel - is about stopping arms being smuggled into Gaza. Is there more to this than meets the eye?

Yes. This is George Bush's parting gift to Israel and the US administration that has incinerated four countries in less than a decade: Afghanistan, Iraq, Lebanon and now Palestine.

It is giving the US a direct role in Israel's war against Hamas.

The Americans will not even publish the details of this agreement.

Some reports say there is also a Nato role but, basically, preventing the rearmament and resupplying of Hamas is not just an Israeli problem, it is an international problem.

link

Saturday, January 17, 2009

“HIKMAH” DARI SEORANG GANDHI





Siapa gerangan yang tak mengenal Mohandas Karamchand Ghandi alias Mahatma Gandhi? Seorang karismatik yang diberi gelar Father of Nation (Bapak Negara). Dia berjuang untuk melepaskan tirani kolonialisme Inggris dengan cara civil disobedience (ketidakpatuhan masyarakat sipil) yang dibangun di atas prinsip ahimsa (non kekerasan) sehingga membawa kepada kemerdekaan India. Bahkan kelahirannya dijadikan sebagai peringatan kenegaraan Gandhi Jayanti di India, dan International Day of Non Violance (Hari Non Kekerasan Sedunia) oleh dunia internasional. Betapa banyak orang yang memuliakan dan mengelu-elukan seorang Gandhi, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Acap kali kita melihat, orang menukil dan membawa ucapan “hikmah” Gandhi yang menurut mereka penuh dengan pelajaran dan hikmah, tak terkecuali saudara kita seaqidah.

Berikut ini adalah salah satu “hikmah” Gandhi yang patut kita renungkan…

Ghandi mengatakan :

‘Mother cow is in many ways better than the mother who gave us birth. Our mother gives us milk for a couple of years and then expects us to serve her when we grow up. Mother cow expects from us nothing but grass and grain. Our mother often falls ill and expects service from us. Mother cow rarely falls ill. Here is an unbroken record of service which does not end with her death. Our mother, when she dies, means expenses of burial or cremation. Mother cow is as useful dead as when she is alive. We can make use of every part of her body-her flesh, her bones, her intestines, her horns and her skin. Well, I say this not to disparage the mother who gives us birth, but in order to show you the substantial reasons for my worshipping the cow.’ (H, 15-9-1940, p. 281)

“Sapi betina, dalam banyak hal, lebih baik dari pada ibu yang melahirkan kita. Ibu kita memberikan kita susu hanya untuk beberapa tahun lalu kemudian ia mengharapkan kita untuk melayaninya setelah kita tumbuh dewasa kelak. Sedangkan sapi betina tidak mengharapkan kita apa-apa, melainkan hanya alang-alang dan rerumputan. Ibu kita sering kali jatuh sakit dan mengharapkan pelayanan dari kita, sedangkan sapi betina, jarang jatuh sakit. Inilah catatan/record pelayanan yang tak terpecahkan yang tidak akan berakhir sampai akhir hayatnya. Ibu kita, ketika beliau meninggal, memerlukan biaya tidak sedikit untuk pemakaman atau kremasi (pembakaran mayat). Sedangkan sapi betina, tidak kalah kegunaannya semasa mati dan hidupnya. Kita dapat memanfaatkan setiap bagian tubuhnya, daging, tulang, jeroan, tanduk dan kulitnya. Saya mengatakan begini tidak untuk mencela ibu kita yang telah melahirkan kita, namun untuk menunjukkan kepada anda alasan pokok kenapa saya menyembah sapi.”

Demikianlah, salah satu “hikmah” yang diutarakan oleh Ghandi. “Hikmah” yang menunjukkan hakikat dirinya dan alasan utamanya sebagai penyembah sapi. Selain itu, Gandhi juga seringkali mengatakan, “The God is truth (sathya)” (Tuhan adalah kebenaran), dan di kemudian hari ia merubah ucapannya dan mengatakan, “truth (sathya) is god”. (The Story of My Experience with Truth).

Padahal, Alloh Ta’ala berfirman :

إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً

“Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Al-Furqon : 44)

Tidak diragukan lagi, sapi termasuk binatang ternak. Dan sungguhlah benar firman Alloh Ta’ala di atas, bahwa para penyembah selain Alloh itu lebih sesat daripada binatang ternak. Lantas bagaimanakah gerangan dengan orang yang menyembah hewan ternak? Dan hikmah apakah yang dikehendaki dari orang yang lebih sesat jalannya daripada binatang ternak?!!

Semoga Alloh memberikan kita hidayah…

link

Saturday, January 10, 2009

kenapa mesti demo??



bismillahirrahmanirrahim...

isu palestin bukanlah isu yang asing lagi, bertitik tolak dari sejarah lampau sejak tahun 1942 hinggalah sekarang, israel tetap juga dengan pendiriannya yang tidak mempunyai dasar damai yang tetap. pada hari ini saya menulis bukan kerana ingin menghuraikan mengenai sejarah palestin itu sendiri, tapi suatu yang lebih penting iaitu perihal nilai dalam erti seorang muslim.

saya amat berterima kasih kepada pihak FSCC,CENFOS,PJ. kerana telah berani tampil menghidangkan suatu demo yang telah diadakan selepas jumaat semalam. menyatakan pendirian ummat islam di kampus ini, menyatakan pendirian mahasiswa dikampus ini yang menentang sebarang bentuk kezaliman dalam erti kata bukan sahaja menilai erti kemanusian semata-mata tapi apa yang lebih penting adalah kerana nama ISLAM itu telah dihina dan dijatuhkan oleh pihak yang tidak langsung mahu ISLAM terus dipraktikkan.


berfikir dan berfikir.
kenapa mesti ada demo? kenapa mesti terjerit-jerit? nonsense. itu kata orang yang sempat hinggap di telinga saya. ya ALLAH buka lah hati2 kami untuk menerima petunjukmu. soalan ini adalah satu soalan yang lebih mencabar. kerana apa, untuk mereka yang masih berada dalam keduniaan dunia yang serba moden pada hari ini maka erti materialisme akan menjadi ukuran kepada setiap tingkah laku kita. maksudnya, setiap apa yang dilakukan mestilah mempunyai kesan secara langsung kepada orang yang hendak dikesankan.

itu materialisme yang bersifat sempit. tapi ternyata datangnya ISLAM penuh dengan kesucian dan keizzahan. sehinggakan al-quran itu tidak habis lagi dikaji sehingga sekarang, kerana apa? kerana dasar HIKMAH yang ada di dalam al-quran.

al-quran mengajar erti hikmah dalam kehidupan, kesabaran dalam perjuangan disamping mengajar erti kesyukuran dalam menerima sesuatu itu bukan sahaja kebaikan malahan juga keburukan.justeru itu, saya merasakan seolah terpanggil untuk berkongsi mengenai kenapa demo itu menjadi harus dan bukanlah "tidak bernilai" semata-mata.

sebagai seorang muslim yang mukmin, antara yang terpenting dalam kehidupan kita adalah tarbiah. tarbiah mengajar kita erti kehidupan yang sebenar dan pancaroba kehidupan. dan kenapa demo ataupun usaha boikot ini menjadi satu tarbiah yang amat berguna untuk kita semua? kerana unsur didikan kepada kita yang telah dimasukkan dalam aktiviti2 ini.

dalam beribu-ribu pelajar di center for foundation studies ini berapa ramai yang masih sedar tentang isu palestine ini? ramai! itu jawapannya. tapi apa yang mampu kita buat? pergi berperang? berjihad di medan perang disana? ataupun menguatkan kita sebagai barisan pelapis ummat ISLAM yang akan membela bukan sahaja rakyat palestine yang ditindas bahkan seluruh ummat ISLAM amnya? itu persoalan lagi.

sahabat sekalian,
mungkin jawapan yang terakhir diatas lebih sedap untuk menyambung perbicaraan ini. tapi satu persoalan akan timbul. adakah pemuda-pemudi dan rakyat kita cukup sedar dengan isu ini?

pada malam tahun baru 2009,saya sempat mengikuti sebuah ekspedisi di sebuah tasik. satu soalan telah ditanya kepada mad'u. "akak dan abang, saya nak bertanya lah sikit kan, apa isu yang paling terkini sekali sekarang ini la kan di dunia". terkial-kial abang dan kakak itu mencari jawapan. selepas berapa ketika maka keluar kata ikhlas dari akak itu, "sebenarnya kami ni tak tahu isu semasa sangat, bukan sebab tak nak tahu tapi memang tak ada masa.balik kerja lewat malam then terus tidur esok pagi bangaun pergi kerja lagi". itu jawapan yang amat ikhlas dari kakak itu. "tv kat tempat kerja tak ade ke? paper ke?" tambah abang hadi lagi. "ada tu ada tapi mana sempat nak baca, memang sibuk"...

itulah realiti dalam kehidupan kita seharian. sultan muhammad al-fateh sebelum berjaya menawan kota konstantinopele pernah keliru kenapa beliau masih tidak dapat mengalah kan kuasa besar itu padahal dia telah cuba menjadi pemerintah yang terbaik dan mempunyai tentera dan rakyat yang baik seperti apa yang pernah dijanjikan oleh Rasulullah, akan tetapi sangkaannya meleset apabila beliau turun sendiri melihat keadaan rakyatnya yang banyak menindas golongan yang lemah serta berlaku ketidakseimbangan dalam kehidupan harian.

ma'asharal muslimin sekalian,
sedarkah kita akan taggungjawab didikan terhadap ummat agar kesedaran timbul secara tidak langsung bukan sahaja menanam sifat benci kepada yahudi dan nasara yang menyatakan kebencian kepada kita, tetapi mendidik ummat kita pada hari ini tentang pentingnya kesatuan muslimin dalam menyuara serta membela nasib ummat ISLAM.

saudara ikhwan, presiden ingeniuos dalam ucapan nya semalam menegaskan sendiri bahawa kebanjiran warga cfs semalam tidak akan menjejaskan zionis sedikit pun, akan tetapi sebenarnya menyatakan bahawa kita merupakan saudara serta ummat yang tidak tidur lena ketika nasib bangsa seagama kita di tindas bahkan dibunuh tanpa belas kasihan. maka didikan ini amat penting untuk menunjukkan kesedaran yang diberikan nanti bukanlah hanya untuk melalak semata-mata akan tetapi memberi kepentingan kepada diri individu muslim serta jamaah islamiah itu sendiri.

justeru itu...buatlah yang terbaik semampu kita agar bila disoal oleh yang MAHA ESA nanti kita bisa menyatakan bahawa kita bukanlah dari golongan yang berdiam diri.
wallahu'alam

alfarabi_90,
CENFOS,PJ.
SATURDAY,10.17p.m.